Hai semunya...
Gimana kabarnya hari ini? Tentu
sehat dan baik-baik saja bukan.
Sebelumnya perkenalkan, nama saya adalah Wahyu Eko Ardyanto
dan saya saat ini berprofesi sebagai Nutrisionis (ahli gizi). Ya Nutrisionis,
orang yang ngatur-ngatur pola makan pasien di Rumah Sakit atau bisa dikenal
ahli dalam menentukan diet. Pasti kalian bingung kan, kenapa pembukaan tulisan
ini diawali oleh perkenalan. Ya, seperti kata pepatah yang telah lama beredar
di negara kita tercinta ini “tak kenal maka tak sayang”. Jadi gimana kita bisa
berjodoh kalo tak ada rasa sayang diantara kita, lalu gimana ada rasa sayang
jika tak kenal satu sama lain
(untuk yang laki-laki jangan terlalu berharap ya, karena saya tidak suka dengan laki-laki. Dan untuk kalian yang banci maupun bencong jangan senyum-senyum menggoda gitu ngapa, maaf aja ya saya jug gak suka dengan kalian, ehehehhe. Ya, karena untuk saat ini saya menyukai dia, ya dia, wanita cantik itu. Itu yang ada dibalik pintu, ehehehe. Eh sudah-sudah mari kita kembali ke kalimat tadi). Ya, seperti kata pepatah yang telah lama beredar di negara kita tercinta ini “tak kenal maka tak sayang”. Jadi gimana kita bisa berjodoh kalo tak ada rasa sayang diantara kita, lalu gimana ada rasa sayang jika tak kenal satu sama lain maka dari itulah tulisan ini saya awali dengan perkenalan. Dimana hal tersebut berbanding lurus dengan niat saya, yaitu selain membagi cerita saya saat masa putih abu-abu yang penuh dengan kisah persahabatan dan bahkan percintaan ala anak remaja, melalui tulisan ini saya juga mencari tulang rusuk yang telah lama terpisah, eee aaa eeeaaaaa.
(untuk yang laki-laki jangan terlalu berharap ya, karena saya tidak suka dengan laki-laki. Dan untuk kalian yang banci maupun bencong jangan senyum-senyum menggoda gitu ngapa, maaf aja ya saya jug gak suka dengan kalian, ehehehhe. Ya, karena untuk saat ini saya menyukai dia, ya dia, wanita cantik itu. Itu yang ada dibalik pintu, ehehehe. Eh sudah-sudah mari kita kembali ke kalimat tadi). Ya, seperti kata pepatah yang telah lama beredar di negara kita tercinta ini “tak kenal maka tak sayang”. Jadi gimana kita bisa berjodoh kalo tak ada rasa sayang diantara kita, lalu gimana ada rasa sayang jika tak kenal satu sama lain maka dari itulah tulisan ini saya awali dengan perkenalan. Dimana hal tersebut berbanding lurus dengan niat saya, yaitu selain membagi cerita saya saat masa putih abu-abu yang penuh dengan kisah persahabatan dan bahkan percintaan ala anak remaja, melalui tulisan ini saya juga mencari tulang rusuk yang telah lama terpisah, eee aaa eeeaaaaa.
Baiklah kita langsung saja ke 8 tahun yang lalu, disaat hari
terakhir saya menginjakkan kaki di SLTP negeri di Kota kelahiranku, di SLTP
tempat saya menghabiskan 3 tahun dengan menggunakan seragam putih biru, yaitu
SLTP Negeri 7 Pontianak.
***
“Senin, 30 Juni 2008 setelah final euro antara Spanyol vs
Jerman diharapkan kepada semua siswa keelas 3 yang minggu kemarin telah
dinyatakan lulus dari sekolah ini untuk hadir pukul 09:00 WIB di Ruang TU
sekolah karena akan dilakukan cap 3 jari serta pembagian SKHU sebagai syarat
untuk kalian melanjutkan sekolah ke tingkat SLTA serta sebagai bukti jika
kalian telah lulus setelah selama 3 tahun kalian menempuh pelajaran di sekolah
ini. Sekian dan terima kasih. Tertanda Kepala Sekolah” ya itulah bunyi dari
peengumuman yang kubaca dimading sekolah pada hari sabtu kemarin. Mengenai
adanya tulisan setelah final euro anatara Spanyol vs Jerman mungkin memang ada
atau itu hanya sebuah ilusi, hehehee.
Akhirnya pagi ini pun tiba, dengan wajah yang ceria aku
beranjak dari rumah dan tidak lupa berpamitan terlebih dahulu kepada orang
rumah.
“ma, pa, aku pergi ke sekolah dulu ya, sekalian mau cap 3 jari
dan mungkin nanti pulangnya agak siang karena sekalian mau singgah ke SMA
Negeri 5 untuk ambil formulir pendaftaran” teriakku dari depan pintu, sembari
mengikat kedua tali sepatuku
“iya, hati-hati, bapak udah kasih uangkan tadi malam” balas mamaku
“iya, hati-hati, bapak udah kasih uangkan tadi malam” balas mamaku
“iya sudah ma, assalamualaikum” pamitku
Aku pun berjalan keluar dari bengkel. Saya tinggal di rumah
yang ada di bengkel mobil bapakku, karena alasan tidak ada yang jaga bengkel
(tepatnya daripada mengupah orang untuk jaga bengkel, prinsip wira usaha
“semakin selagi bisa menghemat pengeluaran ya dihemat saja”) sehingga waktu
kelas 2 SD kami sekeluarga harus pindah dari rumah di Batu Layang ke rumah
sekarang yang berdampingan dengan bengkel bapakku.
Seperti biasa, hari ini pun sama seperti hari sebelumnya saya
pergi ke sekolah selama 3 tahun ini, ya diatas ban truck yang tersusun rapi di
depan bengkel mobil bapakku inilah aku selalu duduk dengan manis sembari
menunggu bus sekolah yang disediakan oleh pemerintah kota Pontianak untuk
mengangkut anak-anak sekolah ke sekolahnya. Dengan hanya ongkos Rp. 500,-
sekali naik hingga tiba ke sekolah tentu angkutan ini menjadi pilihan bagi anak
sekolah sepertiku yang setiap hari harus menunggu kendaraan di tepi jalan raya,
dibandingkan harus naik angkutan umum seperti oplet (oplet: angkot/mikrrolet)
yang tentu merogoh kocek lebih dalam yaitu harus membayar Rp. 1000,- sekali
naik sampai ke tujuan (kan lumayan bisa hemat 50%, 50% sob, hehehe).
Ahirnya setelah 30 menit perjalanan aku pun tiba disekolah.
Ternyata hari ini sekolah sepi karena hanya siswa kelas 3 yang datang ke
sekolah serta tidak jarang juga dijumpai calon orangtua yang ingin mendaftarkan
anaknya yang baru lulus sd berkeliaran diselasar sekolah yang muncul dengan
muka yang penuh seribu tanda tanya padahal penerimaan siswa baru di tingkat
SLTP baru diadakan minggu depan serentak seluruh SLTP Negeri di Kota Pontiank.
“ko, kau udah ambil SKHU” tanya Andrianto siswa kelas 3D yang
menjadi teman di ekskul Pramuka Selama 3 tahun kami sekolah di SLTP ini
“belum to, tunggu lok bentar, baru mau ambil ini. Memangnya
kenapa? Jawabku
“kau mau daftar di SMA 5 kan, yok kita kesana ambil formulir pendaftaran sama-sama” ajak Andrianto
“kau mau daftar di SMA 5 kan, yok kita kesana ambil formulir pendaftaran sama-sama” ajak Andrianto
“oh iya to, yok sama-sama nanti, aku ambil SKHU dulu ya
didalam” jawabku sembari masuk kedalam ruang TU
Setelah aku mengambil SKHU, kami berdua pun meluncur ke SMA
Negeri 5 Pontianak. Jarak antara SMA 5 dan SLTP 7 memang dekat sekitar 5 menit
dengan berkendara kendaraan bermotor. Dengan menggunakan angkutan umumkami pun
tiba di depan ikon kota Pontianak, yaitu Tugu Khatulistiwa (loh bukannya mau ke
SMA 5 tapi mengapa turun di Tugu Khatulistiwa). Kami turun di Tugu Khatulistiwa
bukan karena kami ingin menghilangkan bayangan kami sejenak dan ini pun bukan
hari yang tepat untuk itu (sekedar info setiap tanggal 21-23 Maret dan 21-23
September setiap tahunnya terjadi fenomena alam yang disebut kulminasi
matahari, dimana pada saat itu matahari tepat berdiri tegak diatas kepala kita
sehingga Tugu Khatulsitiwa beserta benda yang ada disekitarnya hilang
bayangannya), namun kami turun di tugu khatulistiwa karena gang tempat SMA 5
berada tepat disebrang jalan dari tempat kami turun dari angkutan umum ini
(SMA5 memang berada di dalam gang berjarak 500 m dari jalan raya, sehingga
setelah turun dari angkutan umum kami harus berjalan kaki masuk ke dalam). Tanpa
pikir panjang pun kami berdua langsung masuk ke sekolah dan benar perkiraan
kami bahwa pendaftaran siswa baru tingkat SLTA seKota Pontianak telah dibuka
mulai dari minggu ini dan kedatangan kami pun tidak percuma, kami pun bertanya
kepada security yang ada didepan gerbang sekolah dan beliaupun mengarahkan kami
untuk pergi ke koperasi sekolah untuk mengambil formulir dan melihat
persyaratan apa saja yang perlu kami lengkapi. Dan benar saja, ternyata masih
banyak berkas yang perlu kami lengkapi dan tidak kami bawa hari ini, sehingga
hal ini terpaksa membuat kami berteriak serta menegur semua orang yang kami
lewati, ehhh tidak-tidak hal ini tidak terjadi, eheheheh. Setelah berunding dan
berdiskusi, sesuai dengan hasil perundingan yang kami lakukan kami pun
memutuskan untuk kembali di hari esok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar